Senin, 23 Juni 2014
Apa yang harus aku lakukan
Sekeras apapun aku berusaha membencinya, menghilangkannya..
"Dia tidak mencintaiku"
"Dia memanfaatkanku"
"Dia mempermainkan gadis bodoh yang malang"
Aku terus mengulanginya tanpa henti dan terus memikirkannya. Aku tidak bisa membencinya. Jadi, aku fikir semuanya akan berakhir jika aku melakukannya.
Hubungan antara kami, jika aku memberi tahu semua orang tentang hubungan itu maka perasaan bodohku terhadapnya akan berhenti.
Jika aku bersikap gila dan berkata "memangnya ada apa? Di dunia ini tidak ada cinta yang seperti itu".
Karena jika aku menyerah dan mencoba untuk kembali padanya maka setiap orang di dunia ini akan menghentikan kami.
Itu sebabnya aku melakukan ini.
Tindakanku hebatkan ?
Tindakanku benar-benar hebatkan?
Tapi apa yang harus aku lakukan, aku merindukannya.
aku benar-benar merindukannya.
apa yang harus aku lakukan, ayah?
apa yang harus aku lakukan?
Minggu, 22 Juni 2014
Sebuah Rasa
Meskipun aku marah, membanting sesuatu, dan membentak.
Seharusnya aku senang.
Situasiku cukup menyedihkan.....
Sudah sewajarnya jika aku sangat marah dan hingga menyebabkan masalah.
Tapi selama ini aku selalu tersenyum bahagia....
Hingga sebenarnya aku khawatir.
Kufikir aku mengubur perasaan itu jauh di dalam lubuk hatiku.
Jika memungkinkan.....
Aku ingin menangis sekeras-kerasnya......
Sabtu, 21 Juni 2014
Penyesalan
Ayah....
Suatu hari, ada seorang pria masuk dalam kehidupanku.
Pria itu menarikku dari jurang kegelapan.
Lalu mulai merubah segalanya yang gelap menjadi terang.
Ayah....
Aku mengatakan hal yang paling menyakitkan yang bisaku fikirkan dan mendorongnya sekeras mungkin.
Tapi pria itu datang padaku lagi.
Pria itu sangat mirip denganku.
Pria itu juga memiliki bekas luka sepertiku.
Air mataku juga memenuhi hatinya.
Akulah yang memberinya bekas luka dan air mata itu.
Seharusnya aku tak pernah bertemu dengannya.
Seharusnya tak kubiarkan pria itu masuk kedalam kehidupanku yang begitu buruk.
Aku menyesal, Ayah..
Untuk pertama kalinya dalam hidupku aku merasa menyesal.
Jumat, 20 Juni 2014
Tumbuhnya Sebuah Luka
Beberapa yang sudah saya baca dampak yang di timbulkan dari perceraian kedua orang tua hampir semua sama. Meskipun saya bukan anak dari keluarga yang bercerai (Brokenhome) tetapi kehidupan saya tidak jauh dari kata itu.
kedua orang tua saya masih tinggal satu atap tapi entah sudah
berapa lama mereka memutuskan untuk tidak sekamar. Saya belum menyadari hal itu
mungkin karena dulu saya belum memahami hal-hal demikian.
Kedua orang tua saya selalu bercekcok, berselisih paham,
menyalahkan satu sama lain. Rumah sudah bukan lagi tempat
ternyaman untuk di tinggali. Hal inilah yang sebenarnya menimbulkan luka emosi
yang sangat besar bagi saya ketimbang yang dialami kedua orang tua saya
sendiri.
Terkadang saya malu atas ketidakharmonisan kedua orang tua
saya, saya merasa malu dan iri ketika melihat keharmonisan kedua orang tua orang
lain.
Seringkali saya merasa cemas dan ketakutan membayangkan
hal-hal yang belum terjadi. Saya juga merasa terjepit di tengah-tengah karena
tidak tahu siapa yang berkata benar siapa yang berkata salah. Seringkali saya
mempunyai rasa bersalah “kenapa saya di lahirkan ke dunia ini?”. Hal inipun
menimbulkan hilangnya rasa percaya diri, kedamaian, hingga harapan. Saya merasa
menjadi pribadi paranoid. Sifat ini membuat saya menarik diri dan bersembunyi
dalam kesendirian.
Sering kali saya berbicara pada diri sendiri, menulis sesuai kehendak hati. bukan saya tak memiliki teman untuk bicara tapi saya merasa tak menemukan kenyamanan disana.
Disini saya melihat figur artis yang saya lihat ada kesamaan dengan saya. siapa dia ?
Marshanda.
ia dia marshanda.
Masih ingat dengan vidionya yang dia unggah di youtube beberapa tahun lalu ?
yah... Marshanda depresi atas perceraian kedua orang tuanya. Saya tidak menyalahkan Marshanda berprilaku demikian. sebab saya juga mengalami meskipun kedua orang tua saya tidak bercerai tetapi prilaku mereka seperti orang tua yang bercerai.
Beberapa tahun berlalu Marshanda kembali dengan gugatan perceraian kepada suaminya? Banyak orang yang menanyakan prihal pemberitaan tersebut. Marshanda menanggapinya dan berkata diantaranya "
Yang menyebabkan luka pada anak atas perceraian kedua orang
tuanya adalah percekcokan yang terus menerus bukan perceraiannya".
Inilah mengapa timbul luka yang sangat dalam didalam diri saya. Bukan perceraiannya tapi percekcokan yang terus menerus selalu ada.
Rabu, 04 Juni 2014
Tentang Sebuah Kepastian
Teruntuk kamu pria yang selau menyebut dirinya Mr. X
Masih ingat denganku ?
Yah, mungkin sajah kamu telah lupa bahwa kita pernah
bersama-sama membangun sebuah cerita. Tidak. Tidak. Kamu yang pertama kali
membangun semua cerita itu dan hingga kini kamu pergi sebelum kamu
menyelesaikan cerita itu.
Aku harap kamu
membaca ini dan mau menyelesaikan semua cerita yang telah kamu buat.
Tidakkah kamu sadar atas apa yang telah kamu perbuat?
Tidakkah kamu mengingat seperti apa kita dulu?
Tidakkah kamu ingat kita pernah tertawa bersama?
Tidakkah kamu ingat kamu pernah menyimpan janji begitu
banyak?
Jangan katakan kamu telah lupa sayang.
Jangan pernah kamu katakan bahwa kamu telah lupa.
Jangan.
Di sini, didalam setiap ingatanku dan di dalam hatiku masih
tersimpan setiap inci kenangan kita. Semua pesan-pesan singkatmu masih ku
simpan rapih di dalam inbox ponselku. Aku tahu aku pernah salah karena bersikap
kekanak-kanakkan, tapi sayang, tidakkah kamu tahu aku bersikap seperti itu
karena aku begitu nyaman ketika bersamamu.
Di dalam hidup ini hanya ada tiga pria yang bisa membuatku senyaman itu hingga aku tirlihat kekanak-kanakan. Yang pertama adalah ayahku, kedua adalah dia, ketiga adalah kamu. Maaf aku telah menyebut kembali tentang dia. Agar kamu tahu sajah setelah kehadiranmu kamu telah menggantikan sosok dia yang telah pergi.
Di dalam hidup ini hanya ada tiga pria yang bisa membuatku senyaman itu hingga aku tirlihat kekanak-kanakan. Yang pertama adalah ayahku, kedua adalah dia, ketiga adalah kamu. Maaf aku telah menyebut kembali tentang dia. Agar kamu tahu sajah setelah kehadiranmu kamu telah menggantikan sosok dia yang telah pergi.
Sayang, aku sudah lama tak lagi mengingat tentangnya. Kini
semua sudah tergantikan olehmu. Inikah caramu untuk balas dendam sayang? Tidakkah kau fikir ini sangat keterlaluan sayang? Bagaimana kamu bisa sekejam ini sayang, pergi tanpa sepatah
katapun, tanpa penjelasan apapun.
Sayang, tidakkah kamu tahu samapai saat ini aku masih menunggumu untuk mendengarkan setiap penjelasanmu. Aku takkan marah apapun yang akan kamu jelaskan nanti. Aku berjanji takkan marah sayang.
Meskipun kita tidak di takdirkan bersama-sama karena mungkin
kamu telah menemukan wanita yang lebih tepat. Meskipun kamu telah muak dengan
sikapku setidaknya kamu jangan pergi begitu sajah. Meskipun saat ini aku sudah tidak
lagi penting bagimu setidaknya jelaskan semua terlebih dahulu karena ini sangat
penting bagiku. Bertahun-tahun aku menunggu hanya untuk mendengarkan setiap
penjelasanmu.
Aku tahu kamu cukup pintar untuk tahu bagaimana caranya
bersopan santun bukan? Kamu menghilang begitu sajah bukankah itu tidak sopan
namanya?
Tidakkah kamu tahu bahwa kamu sangat berharga untukku?
Tidakkah kamu tahu aku sangat menyayangimu?
Tidakkah kamu tahu aku sangat mencintaimu?
Tidakkah kamu tahu aku sangat bahagia bersamamu?
Tidakkah kamu tahu aku sangat menderita tanpamu?
Sayang, kembalilah dan jelaskan semuanya. Aku masih
menunggumu untuk mendengarkan semua penjelasanmu.
Sayang, tolonglah mengerti
dan jangan begini….
Sayang, kamu tahu film india Rab Ne Bana Di Jodi ? pertama
kali aku menonton film itu aku langsung teringat akan dirimu, aku merasa masuk
begitu dalam dalam setiap perannya. Aku merasa kamu sebagai Surinder yang
menjelma menjadi Raj. Kamu tahu sayang, sudah puluhan kali aku menonton film
itu berharap kamu kembali seperti
Surinder. Aku tidak peduli dengan
semua kebohonganmu aku tahu kamu punya penjelasan sendiri kenapa kamu memilih
menjadi Mr. X.
Aku merindukanmu sayang. sayang, cepatlah kembali. Penuhi semua
janjimu.
Langganan:
Postingan (Atom)