Saya menulis
ini ketika kamar saya lebih dingin daripada biasanya. Ketika banyak hal yang akhir-akhir
ini begitu menguras energi dan air mata. Kelelahan demi kelelahan rasa sakit
yang bertubi-tubi seperti tak ada jedanya untuk menghantamku menghempaskannya
kedasar lautan. Aku masih begitu kokoh
menghadapinya tak peduli sudah berapa banyak air mata yang aku tumpahkan aku
berusaha tetap berdiri dan melangkah ke depan.
Malam itu
saya habis menonton sebuah film drama korea, pemeran utama begitu gigih dalam
pekerjaannya tak pedui pada diri sendiri tak peduli pada orang lain. Betapa gigih setiap orang berusaha mengejar
dunia, tanpa pernah tahu yang tertinggaldi rumah; keluarganya.
Terpikir oleh saya untuk menulis ini agar saya dan kamu yang sedang membaca ini, tidak pernah menyesal karena melewati segalanya yang harusnya tak pantas untuk dilewatkan. Saya memang cukup keras kepala, saya tidak akan keluar kamar sampai pekerjaan saya selesai. Saya juga tidak peduli betapa laparnya perut saya. Ibu selalu cerewet meminta saya menghentikan sejenak mengerjakan tugas akhir saya hanya untuk makan terlebih dahulu, saya tetap tak menggubris kata-kata ibu, saya juga tak peduli bagaimana dengan isi perut saya. Saya juga tak peduli betapa berantakannya kamar saya, betapa buku berserakan di sana sini, boneka-boneka yang terbaring tidak pada tempatnya, dan rambut-rambut saya yang rontok di lantai; yang tidak saya sapu selama dua hari. Saat sedang menyelesikan tugas akhir, saya egois. Saat terlalu asik dengan dunia saya, saya tak peduli beberapa hal. Mungkin, ini juga yang kita lakukan ketika terlalu asik dengan pekerjaan, terlalu asik melakukan yang kita pikir menyenangkan.
Suatu malam,
saya sedang dikejar deadline. Sengaja
saya mempersiapkan segalanya agar saya tidak jatuh sakit karena kelelahan. Jujur
saja secara fisik saya cukup lemah bila tidak dijaga dengan baik mudah sekali
tumbang. Awalnya saya sendirian dikamar, lalu keponakan saya masuk ke kamar
saya. Keponakan saya memang hampir setiap malam selalu tidur bersama saya
terkadang juga untuk membantunya menyelesaikan tugas-tugas bahasa inggrisnya di sekolah.
Malam itu
saya sedang semrawut, saya menolak untuk membantunya mengerjakan tugas
sekolahnya dan keponakan saya duduk di tempat tidur saya sambil mengajak
bicara. Sesekali saya menjawab pertanyaannya, sesekali saya diam dan hanya
suara ketikan leptop serta pertanyaan keponakan saya yang tidak menimbulkan
jawaban. Saat fokus pada leptop saya tidak menengok ke arah ponakan saya
sedikitpun. Saya juga tidak bertanya-tanya ketika keponakan saya berhenti
bicara. Beberapa jam kemudian, tugas akhir saya selesai. Saya menutup laptop
dan meregangkan badan. Tubuh saya berbalik dan menatap keponakan saya yang
sudah tertidur pulas di tempat tidur saya. Saya hanya menganggap hal itu sangat
biasa. Saya melihat buku PR bahasa inggris yang dibawanya tadi dan saya
mengerjakan PRnya di kertas lain agar esok hari bisa ia salin ke dalam buku
PRnya.
Beberapa hari
berikutnya saya masih mengalami revisi-revisi
dari tugas akhir saya padahal sudah hampir sampai pada batas waktu tapi saya
merasa tidak ingin berhenti samapi situ saya tetap mengerjakan yang bisa saya
lakukan, saya menunggu keajaiban Tuhan meskipun saya tak yakin tapi saya yakin
tak ada yang sia-sia. Kemudian saya memutuskan melanjutkan tugas akhir saya
kembali di kamar saya. Keponakan saya bercerita ini itu dan saya tak mampu lagi
mendengar celotehannya kemudian keponakan saya secara tidak sengaja menyenggol charger BB saya yang sedang saya charge saat itu. Sontak, saya berdiri
dari tempat duduk dan memarahinya karena BB saya yang sudah usang itu terkadang sulit untuk
di charge di sisi lain juga saya
sedang pusing dengan tugas akhir saya. Kemudian setelah saya memarahinya dia
diam tak lagi mengajak saya bicara ini itu dan tak lagi mengganggu saya, dia
asik bicara sendiri dengan boneka-boneka yang ada di kamar saya. Oke, itu cukup
membuat dia tidak mengganggu saya.
Seperti biasanya,
saya mengerjakan tugas kahir saya tanpa memperhatikan sekeliling saya dan diam
yang ditunjukkan keponakan saya tidak juga menimbulkan tanya. Pukul 03.00 dini
hari, saya selesai merevisi tugas akhir saya. Saya mematikan laptop dan meregangkan badan. Saya memutuskan
untuk segera tidur, ketika melangkah menuju tempat tidur; mata saya di beri
pemandangan, keponakan saya sudah tertidur pulas dengan boneka dalam
dekapannya. Saya menghela napas dan tidak tahu kenapa saat itu saya ingin
menangis teringat saat tadi saya membentaknya dan membanting BB saya
sekeras-kerasnya hingga porak poranda, teringat saat ia menghibur saya saat saya sedang dilanda
kegalauan meskipun ia belum paham benar apa yang saya rasakan tapi terkadang
dia bisa menjadi pendengar yang baik.
Kadang,
manusia begitu egois, terlalu tak peduli, pada orang yang setia menunggunya;
menunggu untuk di temani dan diajak bicara. Kadang, kita begitu tak mau tahu,
pada yang sabar menunggu.
Untuk,
Si cantik keponakan tante yang setia menunggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar