Kamis, 03 April 2014

Perempuan itu dan tempat ternyamannya




 


Kakinya melangkah gontai menuju suatu tempat yang menjadi tempat favoritnya di sebuah pusat perbelanjaan, atau mungkin dimanapun. Tempat penenangnya kala tidak tau harus kemana. Dikelilingi oleh jutaan buku, dan itu membuatnya merasa tidak sendiri.


Ada banyak kenangan yang tertinggal disana. Iya. Di toko buku yang sedang ia kunjungi. Pertama kalinya ia bertemu seseorang, yang pernah mengisi hari-harinya. Pertama kalinya pula ia tahu bahwa kedepan hidupnya tidak akan sama lagi. Pertama kalinya ia merasa rumah bukan hanya tempat yang selalu tenang, tapi bisa ia temukan dimanapun, bahkan ditengah keramaian. Pertama kalinya ia bisa memilih yang ia mau. Pertama kalinya ia berkata pada dirinya bahwa ia akan selalu kembali. Pertama kalinya, ia jatuh cinta dengan segala yang telah ada, namun semoga ini tidak menjadi yang terakhir baginya.


Perempuan itu masih perempuan biasa yang sangat suka menghabiskan waktunya berjam-jam hanya untuk memilih beberapa buku terbaiknya. Untuk di baca dan di bawa pulang. Masih saja perempuan itu, perempuan yang berharap bisa menemukan seseorang untuk bisa menemaninya berkeliling di sana. Seseorang yang bisa menjadi tempatnya berdiskusi tentang buku yang sedang ia pilih. Karena terkadang, perempuan itu terlihat bagaikan seseorang yang linglung, terlalu banyak pilihan memang seringkali membuatnya gamang untuk menentukan pilihan. Meski pada akhirnya ia harus memilih yang terbaik.

Cerita di balik sebuah buku menjadi salah satu syarat pemikiran matangnya untuk memilih. Perempuan itu tidak mau lagi tertipu oleh kemasan luar sebuah buku, karena beberapa kali ia merasa tertipu hanya karena sesuatu yang manis diluar tetapi di dalam tidak ia temukan cerita yang menarik. Cerita yang mampu membuatnya tak berhenti menatap, meski ia tau matanya letih untuk membaca. Cerita yang mampu membuatnya bertahan untuk menggenggam, meski ia tau bahwa ia butuh istirahat meski sejenak. Jadi, Don’t judge a book by it’s cover mungkin bisa dipertimbangkan ke absahannya.


Pilihan mulai dari yang berada paling dekat dengannya hingga berada di rak paling belakang, membuatnya harus memutar langkah hingga mencapai rak paling akhir. Masih saja perempuan itu membolak-balikkan buku atau halaman yang tertera di hadapannya. Memilah dengan teliti.

Perempuan itu sangat suka toko buku. Masih suka hingga sekarang. Bawa ia kesana dan ia bagaikan seorang putri yang menemukan tempat rahasianya. Bagaikan seseorang yang menemukan tempat ternyamannya untuk singgah. Tak pelak terkadang ia terlihat sedang tersenyum ketika membaca cerita yang lucu, atau merengutkan dahinya untuk mengartikan cerita lainnya. Baginya memilih buku yang terbaik dan pantas untuk dibaca itu tidak mudah, butuh proses sebelumnya. Begitu pula dengan hidup, bukan ?

Impian selanjutnya adalah menemukan seseorang yang tepat untuk ia ajak singgah di tempat rahasia sekaligus tempat ternyamannya. Seseorang yang mungkin saja ia cari bagaikan memilih buku terbaiknya, di sebuah toko buku. Toko dengan segudang kisah.


 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar