Kakinya melangkah gontai menuju
suatu tempat yang menjadi tempat favoritnya di sebuah pusat perbelanjaan, atau mungkin
dimanapun. Tempat penenangnya kala tidak tau harus kemana. Dikelilingi oleh
jutaan buku, dan itu membuatnya merasa tidak sendiri.
Ada banyak kenangan yang
tertinggal disana. Iya. Di toko buku yang sedang ia kunjungi. Pertama kalinya
ia bertemu seseorang, yang pernah mengisi hari-harinya. Pertama kalinya pula ia
tahu bahwa kedepan hidupnya tidak akan sama lagi. Pertama kalinya ia merasa
rumah bukan hanya tempat yang selalu tenang, tapi bisa ia temukan dimanapun,
bahkan ditengah keramaian. Pertama kalinya ia bisa memilih yang ia mau. Pertama
kalinya ia berkata pada dirinya bahwa ia akan selalu kembali. Pertama kalinya,
ia jatuh cinta dengan segala yang telah ada, namun semoga ini tidak menjadi
yang terakhir baginya.
Perempuan itu masih perempuan
biasa yang sangat suka menghabiskan waktunya berjam-jam hanya untuk memilih
beberapa buku terbaiknya. Untuk di baca dan di bawa pulang. Masih saja
perempuan itu, perempuan yang berharap bisa menemukan seseorang untuk bisa
menemaninya berkeliling di sana. Seseorang yang bisa menjadi tempatnya
berdiskusi tentang buku yang sedang ia pilih. Karena terkadang, perempuan itu
terlihat bagaikan seseorang yang linglung, terlalu banyak pilihan memang
seringkali membuatnya gamang untuk menentukan pilihan. Meski pada akhirnya ia
harus memilih yang terbaik.
Cerita di balik sebuah buku
menjadi salah satu syarat pemikiran matangnya untuk memilih. Perempuan itu
tidak mau lagi tertipu oleh kemasan luar sebuah buku, karena beberapa kali ia
merasa tertipu hanya karena sesuatu yang manis diluar tetapi di dalam tidak ia
temukan cerita yang menarik. Cerita yang mampu membuatnya tak berhenti menatap,
meski ia tau matanya letih untuk membaca. Cerita yang mampu membuatnya bertahan
untuk menggenggam, meski ia tau bahwa ia butuh istirahat meski sejenak. Jadi, “Don’t
judge a book by it’s cover” mungkin bisa dipertimbangkan ke absahannya.
Pilihan mulai dari yang berada
paling dekat dengannya hingga berada di rak paling belakang, membuatnya harus
memutar langkah hingga mencapai rak paling akhir. Masih saja perempuan itu
membolak-balikkan buku atau halaman yang tertera di hadapannya. Memilah dengan
teliti.
Perempuan itu sangat suka toko
buku. Masih suka hingga sekarang. Bawa ia kesana dan ia bagaikan seorang putri
yang menemukan tempat rahasianya. Bagaikan seseorang yang menemukan tempat
ternyamannya untuk singgah. Tak pelak terkadang ia terlihat sedang tersenyum
ketika membaca cerita yang lucu, atau merengutkan dahinya untuk mengartikan
cerita lainnya. Baginya memilih buku yang terbaik dan pantas untuk dibaca itu
tidak mudah, butuh proses sebelumnya. Begitu pula dengan hidup, bukan ?
Impian selanjutnya adalah
menemukan seseorang yang tepat untuk ia ajak singgah di tempat rahasia
sekaligus tempat ternyamannya. Seseorang yang mungkin saja ia cari bagaikan
memilih buku terbaiknya, di sebuah toko buku. Toko dengan segudang kisah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar