Jumat, 04 April 2014

Masih Tentang Perempuan itu



"Harus memulai kembali dari awal. Harus bisa, dan pasti bisa." Ucap perempuan itu lirih di sela helaan nafasnya yang berat.

Belaian angin malam seringkali menemani kehidupan malam sang perempuan. Berbekal segelas cokelat hangat dan laptopnya yang menyala. Kembali ia menumpahkan rasa yang ia miliki kedalam jurnal hariannya. Perempuan itu hanya perempuan biasa yang sangat mencintai dunia menulis. Ceritanya tentang masa lalu, kini dan impian yang akan datang, menjadi cerita yang berbeda dan bermakna untuknya. Baginya cerita tentang kehidupan itu seperti rasa permen, bermacam-macam, dan tak akan pernah cukup waktu untuk merasakannya.

Perempuan itu selalu bermimpi tentang seseorang, yang suatu saat nanti bisa menemaninya menghabiskan hari untuk bercerita tentang banyak rasa dan berakhir dengan membaca cerita yang pernah ia tuliskan. Baginya seseorang yang ia akan cintai kelak, harusnya adalah seseorang yang mencintainya beserta cerita-ceritanya. Tak peduli bagaimana bodohnya kisah itu.

"Kalau dia saja tidak bisa mencintai goresan tanganku, bagaimana dia bisa mencintai asal muasal cerita itu terbentuk ? Diri dan seluruh hidupku." Perempuan itu menjawab dengan tenangnya, ketika seseorang bertanya mengapa ia memiliki kriteria seperti itu.

Seringkali perempuan itu bercerita tentang pahitnya menunggu dan tertatihnya ketika bangkit dari luka. Bukan karena ia senang mengungkap aib hatinya, tapi ia hanya ingin merasa bebas dan menghargai rasa sakit yang telah menyempatkan diri untuk singgah dalam cerita kehidupannya. Entah sudah berapa banyak lembar kehidupannya ditemani oleh isak tangis dan bulir air mata yang menetes. Tapi ketika akhirnya ia bersimpuh dalam sujud dan mengangkat tangannya dihadapan sang Maha Pencipta. Perempuan itu tahu, bahwa dirinya masih mampu untuk berdiri kembali.

Janji manis dan kejadian menyenangkan dalam hidup ? Tentu saja perempuan itu masih membingkainya dengan hangat di setiap sudut otaknya. Tawa yang terselip dan membuncah hebat ketika apa yang perempuan itu impikan satu persatu menjadi nyata. Bukan hanya karena usahanya sendiri, tapi banyak orang-orang yang bahkan tidak dia duga sebelumnya, mampu membantunya mewujudkan itu. Campur tangan Tuhan ? Tentu saja selalu ada. Hangatnya pelukan mereka yang menyayangi perempuan itu, seakan menjadi bahan bakarnya untuk selalu tetap tersenyum, meski air mata menggantung ingin segera mendobrak keluar.

Masih tentang perempuan itu. Masih tentang kesukaannya menulis tentang apapun. Masih tentang helaan napasnya yang seringkali tak teratur, ketika terlalu emosi dalam menggoreskan kisahnya. Masih tentang harapannya dalam mencari seseorang yang ingin duduk disampingnya dan menghabiskan waktunya untuk bertukar rasa, dan tak bosan membaca cerita-ceritanya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar