Kamu yang menciptakan rasa di dalam hatiku,
namun mulai melupakan hal – hal manis di antara kita.
Entah kamu masih mau membaca cerita tentang kita atau tidak.
Aku tetap menuliskannya.
Entah kapan
kemungkinan kamu akan membaca "surat" ini.
Aku tetap
menuliskannya.
Meski rasanya seperti harus bekerja dua kali lipatnya karena
tulisan akan mengundang lebih banyak kata dibandingkan mengatakannya secara
langsung.
Hey.
Sedang apa kamu di sana?
Merindukanku? Atau melupakanku?
Entahlah, fikiranmu sudah terisi penuh olehnya.
Begini ternyata rasanya, melepaskan tanpa harus merasa
ditinggalkan.
Merelakan tanpa harus menangis perlahan.
Serta berpura-pura bahagia atas ketidakberhasilan kita untuk bersama.
Merelakan tanpa harus menangis perlahan.
Serta berpura-pura bahagia atas ketidakberhasilan kita untuk bersama.
Bahwa sebenarnya aku masih ingin mencintaimu sekali lagi,
dan kepalamu yang terlanjur membesar mengalahkan kata hati.
Bahwa perlahan aku harus mulai melepaskan semua tentang kita,
dan semua kata cinta yang pernah saling menenangkan di balik malam.
dan kepalamu yang terlanjur membesar mengalahkan kata hati.
Bahwa perlahan aku harus mulai melepaskan semua tentang kita,
dan semua kata cinta yang pernah saling menenangkan di balik malam.
Begini ternyata rasanya, berpisah tanpa pernah benar-benar
bersama,
Mengikhlaskan yang bahkan belum pernah menjadi milik kita.
Serta menahan segala pedih melihat kamu akhirnya dibahagiakan oleh yang bukan aku.
Menahan segala gemuruh rindu dalam ingatan yang selalu tentang kamu.
Mengikhlaskan yang bahkan belum pernah menjadi milik kita.
Serta menahan segala pedih melihat kamu akhirnya dibahagiakan oleh yang bukan aku.
Menahan segala gemuruh rindu dalam ingatan yang selalu tentang kamu.
Kamu pernah menjadi satu yang paling kuinginkan,
juga satu yang harus aku tinggalkan.
juga satu yang harus aku tinggalkan.
Berbahagialah, di semesta lain mungkin aku dan kamu akan
menemukan kita, sebagai aksara paling abadi dan selalu penuh cinta.
Aku tak ingin berpura – pura terlihat baik – baik saja.
Dan kau juga. Berhentilah bersikap seolah dirimu tak
terluka.
Sebab, luka ini memang ada karena kita (pernah) saling mencintai.
Sebab kita memang (pernah) bersama – sama.
Namun, relakanlah. Biarkan waktu yang menyembuhkan luka hati
kita.
Setidaknya
aku dan kamu masih memiliki doa sebagai satu – satunya tali penghubung dalam
mengucap harap untuk kebahagiaan kita meski bukan kebersamaan yang
membahagiakan kita
Jaga dirimu baik –
baik, ya. Perjuangkan masa depanmu.
Aku pun disini
melakukan hal yang sama untuk masa depanku. Aku juga akan menjaga diriku
sendiri dengan baik.
Dan suatu hari nanti
setelah kita telah mampu menetralkan suasana hati kita saat ini, kuharap kita
dapat bertemu dan berbicara kembali. Sebagai pribadi yang lebih dewasa daripada
saat ini. Semoga.
Aku (masih)
mencintaimu.
Aku (masih)
merindukanmu.
Aku benar – benar
mencintai kamu.
Aku benar – benar
merindukan kamu.
Although life doesn’t
allow us to be together, but I was so glad I have ever had some moments with
you.
Our love is not to be
forgotten, but to be commemorated.
Thanks because you
have ever been a part of my life and allowed me to be a part of your life. :')
♥
With love,