Sabtu, 29 Maret 2014

Seharusnya Menyatu

untuk:
Kamu yang menciptakan rasa di dalam hatiku,
namun mulai melupakan hal – hal manis di antara kita.



Entah kamu masih mau membaca cerita tentang kita atau tidak.
Aku tetap menuliskannya.
Entah kapan kemungkinan kamu akan membaca "surat" ini.
Aku tetap menuliskannya.
Meski rasanya seperti harus bekerja dua kali lipatnya karena tulisan akan mengundang lebih banyak kata dibandingkan mengatakannya secara langsung.

Hey.
Sedang apa kamu di sana?
Merindukanku? Atau melupakanku?
Entahlah, fikiranmu sudah terisi penuh olehnya. 






Begini ternyata rasanya, melepaskan tanpa harus merasa ditinggalkan.
Merelakan tanpa harus menangis perlahan.
Serta berpura-pura bahagia atas ketidakberhasilan kita untuk bersama.

Bahwa sebenarnya aku masih ingin mencintaimu sekali lagi,
dan kepalamu yang terlanjur membesar mengalahkan kata hati.
Bahwa perlahan aku harus mulai melepaskan semua tentang kita,
dan semua kata cinta yang pernah saling menenangkan di balik malam.

Begini ternyata rasanya, berpisah tanpa pernah benar-benar bersama,
Mengikhlaskan yang bahkan belum pernah menjadi milik kita.
Serta menahan segala pedih melihat kamu akhirnya dibahagiakan oleh yang bukan aku.
Menahan segala gemuruh rindu dalam ingatan yang selalu tentang kamu.

Kamu pernah menjadi satu yang paling kuinginkan,
juga satu yang harus aku tinggalkan.

Berbahagialah, di semesta lain mungkin aku dan kamu akan menemukan kita, sebagai aksara paling abadi dan selalu penuh cinta.



Aku tak ingin berpura – pura terlihat baik – baik saja.
Dan kau juga. Berhentilah bersikap seolah dirimu tak terluka. 
Sebab, luka ini memang ada karena kita (pernah) saling mencintai.
Sebab kita memang (pernah) bersama – sama. 
Namun, relakanlah. Biarkan waktu yang menyembuhkan luka hati kita.
Setidaknya aku dan kamu masih memiliki doa sebagai satu – satunya tali penghubung dalam mengucap harap untuk kebahagiaan kita meski bukan kebersamaan yang membahagiakan kita

Jaga dirimu baik – baik, ya. Perjuangkan masa depanmu.
Aku pun disini melakukan hal yang sama untuk masa depanku. Aku juga akan menjaga diriku sendiri dengan baik.
Dan suatu hari nanti setelah kita telah mampu menetralkan suasana hati kita saat ini, kuharap kita dapat bertemu dan berbicara kembali. Sebagai pribadi yang lebih dewasa daripada saat ini. Semoga.

Aku (masih) mencintaimu.
Aku (masih) merindukanmu.
Aku benar – benar mencintai kamu.
Aku benar – benar merindukan kamu.

Although life doesn’t allow us to be together, but I was so glad I have ever had some moments with you.

Our love is not to be forgotten, but to be commemorated.
Thanks because you have ever been a part of my life and allowed me to be a part of your life. :') ♥


With love,

 

Terjawab Sudah



Bertahanlah Dalam Pelukku

Kadang kata tak bisa menjabarkanmu,
kadang nada tak bisa melantunkan serupa doamu.
Sejajar denganmu, serendah inginku.
Jangan lagi pergi, bertahanlah dalam pelukku.

Namamu yang tak pernah kutemukan dalam perbendaharaan kata.
Dan sekarang satu-satunya yang sering kusebut setiap bicara.
Tenggelamkan egoku, tumpahkan tangismu.
Cintai aku sekali lagi, pertahankan aku dalam pelukmu.


Jauh dari lubuk hatiku hanya itu yang ingin aku ucapkan sebelum malam ini kamu menjawab semua tekateki waktu.
 


…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………


Sehari tanpa kabarmu membuatku gelisah memikirkan segala sesuatu yang berkecambuk dalam diriku, pertanyaan begitu bergulir memenuhi isi kepalaku, hati yang mengisyaratkan ha-hal yang tak bisaku baca benar-benar membuatku seolah ingin berlari ke hadapanmu. Dan ternyata di malam hari kamu datang tepat di sabtu malam di saat pasangan lain sibuk dengan jadual kencannya, dan saat itu tak ada tanda-tanda kedatanganmu. aku memang mendengar suara sepeda motor yang tepat berhenti di depan rumahku, sempat aku berfikir kamu, tapi ku alihkan lagi. ah... mana mungkin kamu, seharian tak ada kabar. tiba-tiba ucapan salammu terdengar dari balik pintu, ibu membukakan pintu dan aku sedang asik dengan leptopku tanpa mandi. kemudian aku melihat siapa ternyata kamu, kemudian aku berlalri menuju kamar mandi, aku tak menyangka malam ini kamu datang, ku fikir kamu sudah pergi entah kemana, mungkin dengan DIA yang semalam kamu jadikan DP. siapa lagi kalau bukan masalalumu.

kalu saja tak ada ibu, kalau saja bukan ibu yang membukakan pintu waktu itu, pasti aku tak mau menerima kedatanganmu. tapi entah apa aku seperti tersihir olehmu. Aku tak pernah bisa marah. untuk bertanyapun bibirku terasa kelu, terkunci rapat. tak banyak bicara antara kita, banyak diam asik dengan acara tv yang ditayangkan saat itu, padahal kita sama-sama tak mengerti hanya berpura-pura fokus pada layar tv, fikiran kita entah kemana. terbukti saat kita membahas acara itu kita berdua hanya geleng-geleng kepala bukan?

sesekali kita bercanda namun tak seperti biasa, hening benar-benar hening seolah acara tv yang sedang menyaksikan kita.

aku bingung harus memulai dari mana, aku berusaha membuka pembicaraan tapi sangat sulit. sampai waktu berkunjung habis kamu pamit pulang.

aku menghela nafas pasrah kenapa hanya ingin bicara sajah sulit, padahal kita sudah duduk berdua, kadang berhadapan, namun seakan kita tak berani bertatapan.

aku tahu aku tak sesuai harapanmu, aku tahu kamu kecewa, tak perlu ku utarakan biarlah ini menjadi pengetahuanku, cukuplah aku terima, aku memang bukan dia, dan takkan bisa menjadi dia. mungkin keputusanku kali ini yang membuatmu berubah fikiran. maaf aku hanya tak ingin saat kamu melihat aku kamu teringat dia. maaf.

obrolan berlanjut pada BBM, aku bertanya seperti biasa dia sudah dimana untuk memastikan dia sampai dengan selamat, seperti biasa juga dia di tempat biasa menghabiskan malamnya bersama teman-temannya, dan selalu pulang larut.

kemudian aku membuka obrolan kembali, menanyakan prihal kenapa dia tiba-tiba datang setelah seharian tak ada kabar? dia cuma menjawab "surprise". Aku sedikit melihatkan kekesalan saat pertanyaanku malah di buatnya bahan becanda, karena dia selalu menanggapinya becanda setiap kali aku berusaha untuk bicara serius. kemudian dia minta maaf. ia kataku ku maafkan. kemudian kulanjut lagi....

"tadinya kalo kamu gak kesini gak ada kabar aku udah gak mau hubungin kamu lagi"
"kok gitu"
"iya"
"ya maaf"
"km gak ada sesuatu yang mau diomongin sama aku?"

bebrapa saat kemudian pesannya masuk....

"gimana ya blub, kayaknya aku gak bisa ngelanjutin lagi deh, nanti takut akunya nyakitin kamu lagi, akunya ini terlalu sibuk di toko, takutnya aku gak bisa jadi apa yang kamu mau, ya aku sayang sama kamu tapi aku gak mau nyakitin kamu lagi, sebelum semuanya lebih jauh. maaf ya.

"gak papa, ini udah lebih dari cukup kok, aku juga udah bilang sama kamu dari awal buat fikir-fikir lagi kalo mau balik sama aku. kalo sekarang kamu udah punya jawaban itukan lebih baikkan :)"

 "maaf ya, aku takut nyakitin kamu lagi"

kamu masih sama seperti dulu, tak banyak berubah. aku sudah salah menilai kamu. bukan kamu yang harusnya berterimakasih, tapi aku. aku yang seharusnya berterimakasih. tapi sebentar, aku mau bersyukur dulu sekecil apapun itu meski sebentar sudah lebih dari cukup untukku menjadi orang paling bahagia walaupun mungkin cuma malam ini. Terimakasih sebanyak-banyaknya, kalau ada kata yang lebih dari itu pasti sudah aku ucapin. Kalau ada kata maaf yang lebih dari itu pasti sudah aku ucapin. Mungkin kalau aku bilang aku gak apa-apa aku memang gak apa-apa. Mungkin. sudah terjawab sudah. mari istirahat karena esok akan kembali pada waktu yang sebenar-benarnya. bukan mimpi. tapi dunia yang nyata :")

selamat malam km yg masih mencoba menyibukkan diri demi memerangi hati yang patah, semoga berhasil. titip salam untuk yg ada di DPmu ya :)



………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………