baca A Letter To God (4)
“Nyatanya Tuhan
tak mengabulkan permintaanku yang aku tuliskan melalui surat untuknya.”
………………………………………………………………………………………………………………
♥♥♥♥♥♥♥
Kalau
setiap cerita hidup kita selalu indah
hati ini
takkan pernah kenal dekat dengan sabar dan ihklas
♥♥♥♥♥♥♥
Kalau
setiap yang kita inginkan maunya dikabulkan
Kita tidak
akan pernah tahu
Indahnya mendekati
Allah
Bersama jutaan
dan harapan
♥♥♥♥♥♥♥
Kalau setiap
harapan kita selalu
Berjalan sesuai
rencana
Kita tidak
pernah belajar
Bahwa kecewa
itu menguatkan….
♥♥♥♥♥♥♥
………………………………………………………………………………………………………………
Tuhan, aku sudah berjanji aku takkan marah padamu, juga padanya, pada diriku sendiri, maupun siapapun aku tak marah.
Sejak awal memang aku sudah tahu kau
memberikan secercah kebahagian ini hanya sesaat, kebahagiaan ini kau berikan
melalui Dia. Aku tahu dan aku tak pernah marah kepada siapapun.
Aku tahu sejak awal bagaimana hubungan
kami. kami hanyalah asa yang terbawa angin kemudian berlalu begitu saja, terhempas
sampai akhirnya angin membawa kembali asa yang
pernah hilang.
Sejak awal aku tahu hatimu hanya untuknya, kamu hanya menipu
dirimu sendiri. Dengar aku saat ini kamu
hanyalah penipu paling ulung di dunia. Kamu tahu?
Aku bukanlah dia yang menetap di hatimu,
hatimu telah di penuhi olehnya tak ada celah sedikitpun untuk masuk, akupun tak
memaksakan diri untuk masuk sebab aku tahu akan sesaknya di dalam sana tak
hanya sesak yang aku dapatkan mungkin akan melukai diriku sendiri.
Aku berlalu pergi meninggalkanmu dengan
senyum dan sedikit ketenangan, aku menghela nafas pasrah menguatkan diri bahwa
aku bahagia kamu bahagia. Kebahagiaanmu bukan denganku, kebahagiianmu
dengannya. “Aku berusaha menguatkan diriku sendiri”.
Akan menyakiti diriku sendiri bila aku
memaksa kamu terus bersama denganku padahal hatimu hanya ada dia, aku takkan
pernah bahagia jika itu terjadi, bukan hanya aku kamu juga pasti akan sangat
terluka bukan?
Sudahlah saat ini simpan kebohonganmu
untukku, aku tak mengapa, jangan lagi kamu berpura-pura melupakannya, biarkan
dia tahu kamu merindukannya.
Malam ini kamu sudah membuktikannya
bukan ? kamu sendiri yang menuliskan isi hatimu melalui akun twitter-mu siapapun yang membaca juga
tahu seperti apa isi hatimu. Jangan sakiti dirimu sendiri untuk berpura-pura
melupakannya dan mencintaiku kembali. Jangan.
Bukan hanya kamu yang tersakiti tapi
aku. Jangan berkorban lagi. Kejar saja cintamu. Aku tak mengapa, jangan
fikirkan aku. Aku tahu sekecil apa aku dimatamu saat ini. Aku tahu.
Dengan ragu-ragu aku mengomentari isi
hatimu dengan akun twitter pribadiku
tentunya dan nantinya juga aku tahu kau takkan mungkin membalasnya. Kata-kataku
seolah menyemangatimu dengan senyum di akhirnya. Kamu tahu saat itu aku hanya
tersenyum dan memang benar-benar tersenyum. Aku tak marah atau membencimu
entahlah mulia sekali aku, tak ada kemarahan disana kekecewaanpun aku tak
menemukannya disana mungkin karena sejak awal aku tahu isi hatimu.
Beberapa menit kemudian kamu sms.....
“blub da tidur belum?”
Aku tahu pasti kamu sudah membaca
mantionku tadi dan untuk memastikan aku marah atau tidak kamu langsung
menghubungiku.
Kemudian aku membalas pesanmu, singkat
memang tapi aku berusaha biasa. Agar kamu tidak berfikir apapun karena aku tahu
ini bukan saatnya untuk membahasnya, jarak kita saat ini sangat jauh di
pisahkan oleh selat sunda yang entah berapa jaraknya aku tak tahu pasti.
mungkin jika aku remaja yang masih duduk
di bangku SMA, aku tidak akan bisa mengendalikan diri sendiri setelah membaca lini akun twittermu. Wanita mana yang tak
terluka hatinya?
tapi aku menghargai itu. Memang itulah
isi hatimu yang sesungguhnya. Hanya saja kenapa berbohong?
Besarnya luka yang pernah aku dapat
telah mendewasakanku kamu tahu? Jadi tak mengapa, aku juga yang membiarkanmu
masuk kembali, jika aku terluka itulah konsekuensi yang harus aku dapatkan.
Aku akan menunggumu pulang, kita harus
bicara, dan aku minta kamu jangan berbohong lagi, aku hanya akan berkata “kejar
cintamu tunjukkan padaku, akanku pastikan aku baik-baik saja”
Dari wanita yang selama ini
Tak mendapatkan tempat di hatimu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar