Senin, 24 Maret 2014

A Letter To God (3)




……………………………………………………………………………………………………………………

Kepada Sahabatku Tercinta

Masih teringat jelas dalam benakku bagaimana saat itu kita hanyalah dua orang yang tak saling mengenal, kemudian seperti diharuskan mengenal satu sama lain. karena kita berada dalam kelas yang sama bertemu setiap hari kita semakin dekat, hingga kita masuk di jurusan yang sama. Juga saat kita memilih universitas hingga jurusan mana yang akan kita ambil untuk menjadi mahasiswa yang katanya orang enak hahaha. Ternayata Tuhan mempertemukan kita lagi, kita sama-sama di terima. Pertemanan kita semakin dekat dan aku menyebutnya SAHABAT. Entah bagaimana denganmu?




Sejak saat itu hingga saat ini persahabatan kita sudah terjalin 8 tahun, banyak suka duka yang kita lewati. Kita seperti saling melengkapi meski secara fisik kita berbeda, rambutmu yang bergelombang dengan mata besar dan bulat, kulit yang hitam manis tubuhmu tinggi kurus sementara aku berambut lurus, dengan mata yang tidak terlalu besar, berkulit putih tubuhku tidak tinggi kurus sepertimu. Kamu sangat cantik, banyak pria yang mengagumimu, terkadang aku iri karena aku tak memiliki bakat sepertimu. Tapi kecantikanmu tidak kau gunakan sebagaimana mestinya. Sebagai sahabat aku sudah mengingatkan tapi kembali lagi pada diri sendiri jika sipemiliknya tak ingn mengubahnya maka siapapun takkan bisa mengubahnya. Semua nasihatku tak pernah kau dengarkan. Sebenarnya aku sedih kamu begini, aku mendengarkan hal-hal yang tak enak tentangmu hal-hal yang tentu saja akan menyakitimu. Aku ingin marah ketika ada yang mencibirmu dibelakangmu, aku mati-matian membelamu ketika ada yang ingin menjelek-jelekanmu. Aku marah tak suka ketika ada orang yang menyakitimu. Tapi kamu tidak sadar atas apa yang aku lakukan, aku tak memintamu membalas semua yang aku perjuangan untukmu tapi aku hanya meminta kamu tahu bahwa aku selalu ada saat kamu jatuh.

Selama kita berteman mungkin kita tak pernah bertengkar hebat saat aku dan kamu mungkin berbeda pendapat atau kesal kita hanya diam memilih untuk tidak bicara tapi keesokan harinya ketika kita bertemu seolah kita melupakan kejadian kemarin. Jujur sajah aku tak pernah bisa marah dan membencimu meski kamu tak pernah mendengarkan semua nasihat-nasihatku.

Tapi saat ini aku merasa kita cukup jauh, kamu dan aku tak lagi terlihat bersama, kamu lebih sering bertemu dengan teman-teman barumu, dan pria-pria yang saat ini menyenangkan bagimu, aku tidak tahu kenapa, mungkin aku bukan teman yang baik dimatamu, mungkin teman-teman barumu lebih menyenangkan dibanding aku. Aku minta maaf untuk itu karena tak bisa menjadi teman yang baik untukmu. Tapi perlu kamu tau aku tetap menganggapmu sahabat, aku akan menunggumu meski kamu datang hanya untuk menyeka air matamu ketika orang-orang diluar sana menyakitimu.

Telingaku selalu siap untuk menjadi pendengar yang baik, mendengarkan ceritamu meski ketika aku yang ingin didengarkan kamu tak pernah mendengarkan.
Tanganku selalu siap untuk menyeka air matamu meski kamu tak lagi ada untuk menyeka air mataku.
Lenganku selalu siap untuk menjadi sandaranmu meski kamu tak lagi pernah ada ketika aku membutuhkan sandaran.

Aku selalu mendokanmu agar kamu dapat bertemu dengan pria yang tepat untukmu, aku bahagia ketika kau bahagia.


……………………………………………………………………………………………………………………

Tidak ada komentar:

Posting Komentar