Sabtu, 25 Mei 2013

This is my little story. How about yours ?




Dear, you.
Is it okay if I talk about problem relationship that I’ve ever had before ? I just wanna share. Lets start……

Apakah kamu pernah merasakan bahwa kamu mempunyai seorang kekasih tetapi bahkan kamu masih berujar “Kamu bisa ga dengerin aku dulu ? Aku butuh kamu untuk berbagi cerita.” ?

Apakah kamu pernah pertanyakan akankah sebuah hubungan  bisa terus berjalan bila masing-masing sibuk dan tidak ada yang mengalah bagi hubungannya ?

Manakah yang menjadi prioritas penting bagi sebuah hubungan, waktu yang berkualitas atau intensitas pertemuan yang tinggi ?

Sudah sejauh manakah aku dan dia saling mengenal selama ini ? sejauh manakah aku dan dia berusaha mengerti satu sama lain ? Akankah salah satu akan mengulang kesalahannya yang sama seperti yang dahulu ?

Akan ada banyak apakah, akankah, manakah, bagaimana jika dari setiap permasalahan yang tak terselesaikan dan mengganjal disetiap hubungan. Setidaknya oleh salah satunya. Bermula dari hal sepele yang terus menerus berlangsung hingga akhirnya akan menjadi sesuatu yang besar, bahkan bisa jadi alasan utama untuk mengakhiri sebuah hubungan. HAH!

Ketika kamu memilih untuk akhirnya memiliki komitmen, tentu  pasti ada anggapan, aku akan memiliki seseorang tempatku kembali ketika lelah. Tertawa ketika bahagia dan memberikan bahunya ketika ku menangis terisak. Right ? lalu bagaimana jadinya ketika setelah sekian lama kamu memiliki hubungan, tapi bahkan kamu masih memiliki masalah dalam berkomunikasi dan berbagi cerita ? Akankah yang bersalah hanya sang pacar yang kini sedang sibuk mengejar mimpinya ? ataukah kamu yang merasa terlalu kekanak-kanakan dalam hal meminta pengertian untuk intensitas komunikasi ? Bisa jadi itu gabungan keduanya. Tapi seringkali pemikiran tentang “lalu buat apa aku punya pacar kalau untuk sekedar berbagi cerita saja tidak bisa. Bagaimana dengan berbagi di hal lainnya nanti ?” akan selalu muncul. Manusiawi. Manusia suka berbagi. Suka bercerita. Ketika kamu sudah dipercayakan seseorang untuk mendengarkan ceritanya, ketika mungkin kamu tidak bisa memberikan solusi, dengarkanlah ceritanya hingga selesai. Tepuklah bahunya atau peluklah dia. Dia bercerita kepadamu bukan karena ia manja dan merengek perhatian. Ia hanya butuh sambutan pelukan dan bantulah ia buat percaya bahwa ia akan baik-baik saja. Sebagaimana ia berusaha untuk percaya dalam membagi ceritanya bersamamu. Cerita yang mungkin bagimu terkesan sepele, tapi mungkin sangat berarti untuknya. Keantusiasanmu dalam menanggapi ceritanya dan menjadi pendengar yang baik adalah hadiah baginya. Menguatkannya, bahwa ia memang tidak salah dalam memilih partner hidup.

Setiap manusia mempunyai mimpinya masing-masing. Tapi hanya seseorang yang hebat dan sangat disayangi, yang mampu membuat pasangannya mampu menunda langkahnya dan ambisinya dalam meraih mimpi besarnya. Banggakah kamu bila menjadi orang yang hebat tersebut ? Lalu apakah sikapmu selanjutnya ? Merangkulnya atau malah menganggapnya bodoh dan bisa dipermainkan ? Dia yang mampu menghentikan langkahnya, pasti telah memikirkan berulang kali keputusannya, karena itu tidak mudah baginya. Dia memandangmu lebih pantas untuk meraihnya terlebih dahulu dan memberikanmu dukungan dari belakang. Meski ia tak memiliki jaminan apapun bahwa kamu akan melakukan hal yang sama, ketika nantinya ia akan melaju menuju mimpinya. Dia hanya menyayangimu, melebihi ambisi dan egonya. Keputusannya untuk mengalah adalah pemikirannya, agar hubungannya denganmu bisa terus berjalan dan baik-baik saja. Keputusannya untuk membiarkanmu meraih mimpimu terlebih dahulu adalah impiannya, karena tidak menutup kemungkinan bahwa suatu saat ia menginginkanmu menjadi ayah yang hebat didepan anak-anaknya. Terlalu jauh memang, tapi siapa yang bisa menyangkal masa depan ?

Siapa bilang LDR (Long Distance Relationship) tidak memiliki harapan kedepannya ? Adakah jaminan mereka yang memiliki hubungan dengan intensitas bertemu yang lebih sering akan berakhir dengan bahagianya ? Kita tak pernah tau jawabannya hingga nanti kita akan bertemu akhir dengan sendirinya. Tetapi ketika kamu dihadapkan dengan pilihan “waktu yang berkualitas” atau “Intensitas pertemuan yang tinggi” manakah yang akan kamu pilih ? Sulit memang, tetapi aku kan memilih waktu yang berkualitas. Karena menurut pengalamanku, percuma memiliki intensitas pertemuan yang tinggi bila kita tidak bisa mengoptimalkannya. Sedikit tapi berkualitas sepertinya menjadi pilihanku. Rindu yang tertahan, cerita yang terlupakan dan pelukan yang tertunda akan menjadi alasan mendasar mengapa pertemuanmu dengannya menjadi lebih bermakna nantinya. Dia yang menunggumu didalam ketidakpastian hubungan jarak jauh, kini juga sedang menyetia dalam doa dan diamnya. Tangis dan airmatamu disetiap menghadap Tuhan karena kamu berpikir kamu tidak sanggup, akan diganti oleh-Nya dengan kejutan kecil ketika bertemu dengan orang-orang yang kamu sayangi. Aku pernah mengalaminya. Percayalah, jalan Tuhan seringkali memang tidak kita mengerti, tetapi dia selalu penuh dengan “kejutan” yang indah. Bila kejutan yang kamu dapatkan tidak indah, maka itu bukanlah akhir dari perjalananmu.

Lalu sesering apa kita mengeluh bahwa orang lain tidak bisa mengerti kita ? Apakah kita sudah mencoba untuk mengertinya terlebih dahulu ? kamu mungkin merasa bahwa dia tak bisa mengerti keadaanmu yang sebenarnya sedang menanggalkan egonya untuk bercerita demi mendengarkan keluh kesahmu ? apakah kamu menyadari bahwa dia sebenarnya sedang bertarung dengan hatinya, ketika kamu menceritakan semua impianmu yang terkadang ia tersadar bahwa mungkin saja dia tidak dapat ikut serta didalamnya ? Dia yang kamu minta pengertiannya, sesungguhnya telah terlebih dahulu mencoba mengerti tanpa perlu kamu minta. Dia mencoba merelakan waktu pentingnya, karena dia tahu quality time bersamamu akan menjadi lebih penting, apalagi bagi mereka yang dipisahkan oleh jarak. Rasa sayangnya yang bagimu itu menyebalkan, adalah caranya yang seharusnya kamu sadari, bahwa memang begitulah adanya dia. Jadi, sudahkah kamu menghargai juga usahanya selama ini untuk mencoba mengertimu ? Sudahkah kamu menggenggam tangannya yang lelah karena seringkali menghapus airmata ketidaksanggupannya ketika kamu tidak ada ? Dia yang mencoba berubah menjadi dewasa ketika kamu memintanya, kini mungkin sedang dalam prosesnya yang seharusnya kamu tau itu tidak akan mudah dan instant.  Sudahkan kamu memeluknya, mengucapkan terimakasih dan berkata bahwa kamu ada untuknya dan semuanya akan baik-baik saja ? Ia perlu itu. Selama masih ada waktu dan kesempatan, lakukanlah. Karena kamu tidak tau penyesalan sehebat apa yang akan kamu temukan ketika kamu terlambat.

Apakah aku terlalu banyak bercerita ? Mungkin kalimat diatas hanya sedikit dari berbagai pernyataan yang seringkali menjadi masalah yang aku temui, hingga kini menjadi cerita dan akhirnya aku lahirkan analisa "sok tahu"ku tentang keadaan. Bagaimana dengan ceritamu ?


Sincerely,


Nia...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar