Dear, you.
Is it okay if I talk about problem relationship that I’ve
ever had before ? I just wanna share. Lets start……
Apakah kamu pernah merasakan bahwa kamu mempunyai seorang kekasih
tetapi bahkan kamu masih berujar “Kamu bisa ga dengerin aku dulu ?
Aku butuh kamu untuk berbagi cerita.” ?
Apakah kamu pernah pertanyakan akankah sebuah hubungan bisa terus berjalan bila masing-masing sibuk
dan tidak ada yang mengalah bagi hubungannya ?
Sudah sejauh manakah aku dan dia saling mengenal selama ini ? sejauh
manakah aku dan dia berusaha mengerti satu sama lain ? Akankah salah satu akan
mengulang kesalahannya yang sama seperti yang dahulu ?
Ketika kamu memilih untuk akhirnya memiliki komitmen,
tentu pasti ada anggapan, “aku akan
memiliki seseorang tempatku kembali ketika lelah. Tertawa ketika bahagia dan
memberikan bahunya ketika ku menangis terisak.” Right ? lalu bagaimana jadinya
ketika setelah sekian lama kamu memiliki hubungan, tapi bahkan kamu masih
memiliki masalah dalam berkomunikasi dan berbagi cerita ? Akankah yang bersalah
hanya sang pacar yang kini sedang sibuk mengejar mimpinya ? ataukah kamu yang
merasa terlalu kekanak-kanakan dalam hal meminta pengertian untuk intensitas
komunikasi ? Bisa jadi itu gabungan keduanya. Tapi seringkali pemikiran tentang
“lalu buat apa aku punya pacar kalau untuk sekedar berbagi cerita saja tidak
bisa. Bagaimana dengan berbagi di hal lainnya nanti ?” akan selalu muncul.
Manusiawi. Manusia suka berbagi. Suka bercerita. Ketika kamu sudah dipercayakan
seseorang untuk mendengarkan ceritanya, ketika mungkin kamu tidak bisa
memberikan solusi, dengarkanlah ceritanya hingga selesai. Tepuklah bahunya atau
peluklah dia. Dia bercerita kepadamu bukan karena ia manja dan merengek
perhatian. Ia hanya butuh sambutan pelukan dan bantulah ia buat percaya bahwa
ia akan baik-baik saja. Sebagaimana ia berusaha untuk percaya dalam membagi
ceritanya bersamamu. Cerita yang mungkin bagimu terkesan sepele, tapi mungkin
sangat berarti untuknya. Keantusiasanmu dalam menanggapi ceritanya dan menjadi
pendengar yang baik adalah hadiah baginya. Menguatkannya, bahwa ia memang tidak
salah dalam memilih partner hidup.
Setiap manusia mempunyai mimpinya masing-masing. Tapi hanya
seseorang yang hebat dan sangat disayangi, yang mampu membuat pasangannya mampu
menunda langkahnya dan ambisinya dalam meraih mimpi besarnya. Banggakah kamu
bila menjadi orang yang hebat tersebut ? Lalu apakah sikapmu selanjutnya ?
Merangkulnya atau malah menganggapnya bodoh dan bisa dipermainkan ? Dia yang
mampu menghentikan langkahnya, pasti telah memikirkan berulang kali
keputusannya, karena itu tidak mudah baginya. Dia memandangmu lebih pantas
untuk meraihnya terlebih dahulu dan memberikanmu dukungan dari belakang. Meski
ia tak memiliki jaminan apapun bahwa kamu akan melakukan hal yang sama, ketika
nantinya ia akan melaju menuju mimpinya. Dia hanya menyayangimu, melebihi
ambisi dan egonya. Keputusannya untuk mengalah adalah pemikirannya, agar
hubungannya denganmu bisa terus berjalan dan baik-baik saja. Keputusannya untuk
membiarkanmu meraih mimpimu terlebih dahulu adalah impiannya, karena tidak
menutup kemungkinan bahwa suatu saat ia menginginkanmu menjadi ayah yang hebat
didepan anak-anaknya. Terlalu jauh memang, tapi siapa yang bisa menyangkal masa
depan ?
Siapa bilang LDR (Long Distance Relationship) tidak memiliki
harapan kedepannya ? Adakah jaminan mereka yang memiliki hubungan
dengan
intensitas bertemu yang lebih sering akan berakhir dengan bahagianya ?
Kita tak
pernah tau jawabannya hingga nanti kita akan bertemu akhir dengan
sendirinya. Tetapi
ketika kamu dihadapkan dengan pilihan “waktu yang berkualitas” atau
“Intensitas
pertemuan yang tinggi” manakah yang akan kamu pilih ? Sulit memang,
tetapi aku
kan memilih waktu yang berkualitas. Karena menurut pengalamanku,
percuma
memiliki intensitas pertemuan yang tinggi bila kita tidak bisa
mengoptimalkannya.
Sedikit tapi berkualitas sepertinya menjadi pilihanku. Rindu yang
tertahan,
cerita yang terlupakan dan pelukan yang tertunda akan menjadi alasan
mendasar
mengapa pertemuanmu dengannya menjadi lebih bermakna nantinya. Dia yang
menunggumu didalam ketidakpastian hubungan jarak jauh, kini juga sedang
menyetia dalam doa dan diamnya. Tangis dan
airmatamu disetiap menghadap Tuhan karena kamu berpikir kamu tidak
sanggup,
akan diganti oleh-Nya dengan kejutan kecil ketika bertemu dengan
orang-orang
yang kamu sayangi. Aku pernah mengalaminya. Percayalah, jalan Tuhan
seringkali
memang tidak kita mengerti, tetapi dia selalu penuh dengan “kejutan”
yang
indah. Bila kejutan yang kamu dapatkan tidak indah, maka itu bukanlah
akhir
dari perjalananmu.
Lalu sesering apa kita mengeluh bahwa orang lain tidak bisa mengerti kita ? Apakah kita sudah mencoba untuk mengertinya terlebih dahulu ? kamu mungkin merasa bahwa dia tak bisa mengerti keadaanmu yang sebenarnya sedang menanggalkan egonya untuk bercerita demi mendengarkan keluh kesahmu ? apakah kamu menyadari bahwa dia sebenarnya sedang bertarung dengan hatinya, ketika kamu menceritakan semua impianmu yang terkadang ia tersadar bahwa mungkin saja dia tidak dapat ikut serta didalamnya ? Dia yang kamu minta pengertiannya, sesungguhnya telah terlebih dahulu mencoba mengerti tanpa perlu kamu minta. Dia mencoba merelakan waktu pentingnya, karena dia tahu quality time bersamamu akan menjadi lebih penting, apalagi bagi mereka yang dipisahkan oleh jarak. Rasa sayangnya yang bagimu itu menyebalkan, adalah caranya yang seharusnya kamu sadari, bahwa memang begitulah adanya dia. Jadi, sudahkah kamu menghargai juga usahanya selama ini untuk mencoba mengertimu ? Sudahkah kamu menggenggam tangannya yang lelah karena seringkali menghapus airmata ketidaksanggupannya ketika kamu tidak ada ? Dia yang mencoba berubah menjadi dewasa ketika kamu memintanya, kini mungkin sedang dalam prosesnya yang seharusnya kamu tau itu tidak akan mudah dan instant. Sudahkan kamu memeluknya, mengucapkan terimakasih dan berkata bahwa kamu ada untuknya dan semuanya akan baik-baik saja ? Ia perlu itu. Selama masih ada waktu dan kesempatan, lakukanlah. Karena kamu tidak tau penyesalan sehebat apa yang akan kamu temukan ketika kamu terlambat.
Lalu sesering apa kita mengeluh bahwa orang lain tidak bisa mengerti kita ? Apakah kita sudah mencoba untuk mengertinya terlebih dahulu ? kamu mungkin merasa bahwa dia tak bisa mengerti keadaanmu yang sebenarnya sedang menanggalkan egonya untuk bercerita demi mendengarkan keluh kesahmu ? apakah kamu menyadari bahwa dia sebenarnya sedang bertarung dengan hatinya, ketika kamu menceritakan semua impianmu yang terkadang ia tersadar bahwa mungkin saja dia tidak dapat ikut serta didalamnya ? Dia yang kamu minta pengertiannya, sesungguhnya telah terlebih dahulu mencoba mengerti tanpa perlu kamu minta. Dia mencoba merelakan waktu pentingnya, karena dia tahu quality time bersamamu akan menjadi lebih penting, apalagi bagi mereka yang dipisahkan oleh jarak. Rasa sayangnya yang bagimu itu menyebalkan, adalah caranya yang seharusnya kamu sadari, bahwa memang begitulah adanya dia. Jadi, sudahkah kamu menghargai juga usahanya selama ini untuk mencoba mengertimu ? Sudahkah kamu menggenggam tangannya yang lelah karena seringkali menghapus airmata ketidaksanggupannya ketika kamu tidak ada ? Dia yang mencoba berubah menjadi dewasa ketika kamu memintanya, kini mungkin sedang dalam prosesnya yang seharusnya kamu tau itu tidak akan mudah dan instant. Sudahkan kamu memeluknya, mengucapkan terimakasih dan berkata bahwa kamu ada untuknya dan semuanya akan baik-baik saja ? Ia perlu itu. Selama masih ada waktu dan kesempatan, lakukanlah. Karena kamu tidak tau penyesalan sehebat apa yang akan kamu temukan ketika kamu terlambat.
Apakah aku terlalu banyak bercerita ? Mungkin kalimat diatas hanya
sedikit dari berbagai pernyataan yang seringkali
menjadi masalah yang aku temui, hingga kini menjadi cerita dan akhirnya
aku lahirkan analisa "sok tahu"ku tentang keadaan. Bagaimana dengan
ceritamu ?
Sincerely,
Nia...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar